Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat
Tani
Pembangunan pertanian
pada setiap negara merupakan aspek yang harus diberikan perhatian lebih oleh
semua komponen pelaku kehidupan. Dalam hal ini juga berlaku di seluruh daerah
di Indonesia. Apalagi pembangunan pertanian saat ini sudah menjadi otoritas
masing – masing daerah. Pada dasarnya, keberhasilan pemerintah dalam membangun
pertanian yang dimiliki tidak akan bisa lepas dari pembangunan petani yang
berkualitas.
Salah satu kebijakan
pembangunan pertanian adalah pemberdayaan petani melalui kegiatan penyuluhan
pertanian. Penyuluhan merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal. Dengan
adanya penyuluhan atau dengan kata lain pendidikan ini, petani diharapkan dapat
menjadi petani yang lebih berkualitas dari banyak aspek sehingga pada akhirnya
tujuan bersama pemerintah dan petani yaitu kesejahteraan hidup dapat terwujud.
Dalam rangka mewujudkan
tujuan bersama tersebut, aspek komunikasi merupakan salah satu faktor penting
yang perlu diperhatikan. Kesamaan konsep antara pemerintah dengan petani
terhadap tujuan dan cara mewujudkan tujuan menjadi sangat penting dan
prioritas. Dengan adanya kesamaan konsep artinya semua informasi dari
pemerintah selaku penyuluh atau pembina bisa tersalurkan seutuhnya kepada
petani. Oleh karena itu, model komunikasi yang tepat harus dapat
teridentifikasi terlebih dahulu mengingat pentingnya peran model tersebut.
Model komunikasi
pertama yang ada dalam pemahaman pemberdayaan petani ( dalam hal ini terdapat
pada suatu studi kasus di suatu daerah) adalah model komunikasi apa adanya.
Proses komunikasi yang terjalin dalam kelompok tani, norma – norma yang
berlaku, kegiatan – kegiatan yang diadakan, serta pemaknaan keberhasilan yang
dimiliki masing – masing petani memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Pada dasarnya,
penyamaan konsep yang diharapkan selain dipengaruhi oleh model komunikasi yang
tepat, juga dipengaruhi oleh proses komunikasi. Proses komunikasi pada akhirnya
bermuara pada pengambilan keputusan suatu kelompok. Dalam proses komunikasi,
masing – masing pelaku memiliki gaya dan tipe bicara masing – masing. Oleh
karena itu, kejelian dan keuletan untuk memahamkan atau menyamakan konsep
sangat diperlukan. Apa pun jenis proses komunikasi yang dilakukan, kesepakatan
atau keputusan harus dibuat dan dijalankan berdasarkan komitmen oleh semua
komponen yang bersangkutan. Dalam hal ini, aspek kelembagaan juga ikut andil
dalam mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat sehingga perlu diperhatikan
dan dikembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar